REVIEW FILM NON STOP

NAMA
"MUHAMMAD HAKAMAN ATHHAR"

NIM
"15523091"

KELAS
"B"

MATA KULIAH   
"PENGANTAR TEKNOLOGI INFORMASI"

PENGANTAR TEKNOLOGI INFORMASI
REVIEW FILM 
"NON STOP"


Directed by Jaume Collet-Serra
Genre Action
Produced by
  • Joel Silver
  • Alex Heineman
  • Steve Richards
  • Andrew Rona

Screenplay by
  • John W. Richardson
  • Chris Roach
  • Ryan Engle

Story by
John W. Richardson
Chris Roach
Starring
Liam Neeson
Julianne Moore
Scoot McNairy
Michelle Dockery
Nate Parker
Jason Butler Harner
Anson Mount
Music by John Ottman
Cinematography : Flavio Martínez Labiano
Edited by Jim May
Production company
  • StudioCanal
  • Silver Pictures
  • Anton Capital 
  • Entertainment

Distributed by Universal Pictures
Release dates
  1. January 27, 2014 (Paris)
  2. February 26, 2014 (France)
  3. February 28, 2014 (United States)

Running time 106 minutes
Country
  • France
  • United States

Language English
Budget         $50 million
Box office $222.8 million


Assalamualaikum Wr. Wb
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah, SWT, yang telah melimpahkan karunia, kenikmatan, kesehatan dan kelapangan hati kepada kita semua.
Kali ini saya akan me-review Film NON STOP yang menurut saya film ini sangat menarik dan bagus.
Film merupakan film action berjudul "Non Stop" yang menceritakan tentang sebuah penerbangan antar antlantik yang berangkat dari kota New York, Amerika Serikat menuju ke kota London, Inggris.
Dimana Bill Mark (Leam Nellson), seorang US Federal Air Marshal, sedang berada di stage dimana kehidupannya sangat berantakan, dari anak perempuannya  yang meninggal dunia karena kanker, perceraian dengan sang istri, hingga masalah pada rasa takut ketika di dalam pesawat, hal yang tampak lucu ketika ada seorang perempuan yang bernama Jen Summers (Julianne Moore) yang akhirnya duduk disebelah Bill setelah bertukar tempat dengan pria bernama Zack White (Nate Parker), pada penerbangan non stop dari New York menuju London. Disaat mereka sedang berada diatas Lautan Atlantik, Bill merima pesan teks handphone yang meminta dia untuk melakukan transfer uang sebanyak $ 150 Juta  dengan ancaman akan meneror penumpang yang berada di pesawat yang ditumpangi oleh Bill dalam tempo waktu setiap 20 menit. Bill merasa tegang dan cemas akhirnya Bill memberitahukan berita tersebut kepada rekannya yang berada di pesawat  yang bernama Jack Hammond (Anson Mount), kepala pramugari Nancy (Michelle Dockery) dan juga pilot pesawat mereka. Pertama mereka menganggap itu adalah tindakan iseng, namun yang menjadi masalah ada korban pertama yang jatuh, dan sang pelaku tahu semua informasi pribad yang berkaitan dengan Bill, yang berawal mula-nya muncul kekacauan di dalam pesawat tersebut.
Saat Bill menerima pesan yang berisi ancaman kepadanya

Banyak plot menjadi masalah utama film ini. Sangat banyak red herring  disini, dari  orang yang meminjam korek api, menawarkan obat tetes mata, orang yang menghalangi jalan, wanita yang ingin bertukar bangku, seorang muslim, gadis kecil, hingga pria yang mengaku sebagai NYPD.Sejak awal ia sudah melemparkan banyak opsi yang disengaja untuk menimbulkan ambiguitas dengan mengandalkan pertarungan antara rasa ragu dan feeling dalam menebak pelaku. Ya, menebak pelaku, karena ini justru lebih terasa seperti undian lotere dimana anda diminta menebak siapa pelakunya, dan jika benar hanya karena anda beruntung, bukannya membangun uraian dari sebuah proses mencari pelaku utama dengan disertai sebuah penjelasan yang mumpuni.

Sederhananya Non-Stop adalah film yang tidak memberikan rasa hormat kepada penontonnya. Bukan berarti mengharapkan sesuatu yang cerdas, ini popcorn movie, hal bodoh tentu saja harus di maklumi. Namun dibalik itu ada limit pada toleransi, dan Non-Stop sedikit melewati batasan tersebut. John W. Richardson, Chris Roach, dan Ryan Engle mungkin merangkai cerita ini tanpa wajah yang serius, seperti tidak berupaya merangkai sebuah struktur dengan materi bodoh yang dapat dimaklumi namun memiliki konklusi yang mumpuni, dan lebih memilih memasukkan berbagai hal yang mereka anggap menarik dengan sesuka hati untuk mengisi kekosongan ruang cerita dibalik tekanan tunggal yang mereka ciptakan pada batas waktu 20 menit itu, hal utama yang sukses memberikan sensasi menarik dan menjaga cerita terus hidup.

Nah, ini dia alasan mengapa Non-Stop pada akhirnya mampu berada pada level cukup memuaskan, sensasi. Bagi saja kisah ini menjadi tiga babak, dan dua babak awal harus diakui kita seperti ikut terjebak dalam ruang sempit berupa kabin pesawat itu. Memang feel ketegangan yang diberikan tidak besar, namun Jaume Collet-Serra paham betul cara untuk terus mencuri atensi penontonnya. Sejak mengenalnya lewat film Orphan, dan kemudian disusul Unknown, tidak peduli seberapa dangkal materi yang ia berikan dan rasa kesal diakhir cerita, selalu ada sedikit rasa puas yang diperoleh. Kali ini ia berhasil menyuntikkan cita rasa modern yang dinamis pada teknik mengambil gambar, yang kemudian dipadukan bersama pilihan untuk menampilkan percakapan pesan dengan teks grafis pada layar. 

Tidak hanya itu, Jaume Collet-Serra juga berhasil mempermainkan penontonnya dengan rasa gelisah. Permainan menebak yang ia hadirkan juga cukup menarik, terlebih karena ia memang tidak perlu repot-repot membagi fokusnya pada upaya menjaga jawaban agar dapat tertutup rapat. Dengan cekatan terus berpindah antar berbagai opsi yang telah ia miliki, seperti tidak mau penontonnya memperoleh waktu untuk merasa yakin pada pilihan mereka. Misteri terus mengambang dalam proses menunggu itu, tidak ada kata membosankan ketika berjalan dalam lika-liku cerita yang kerap diwarnai humor mumpuni serta tidak ketinggalan hal-hal konyol (live report?). Jika sejak awal ia tidak menjadikan penontonnya berharap lebih pada alur kompleks yang ia hadirkan, mungkin pengungkapan dangkal di akhir tidak akan menjadi masalah.

Liam Neeson yang sudah jelas menjadi jualan utama film ini berhasil memberikan performa sesuai dengan apa yang penonton harapkan darinya. Neeson berhasil menjadikan teka-teki dan misteri yang ia bawa tampil menarik, kerapuhan emosi dan efek alkoholisme yang juga sanggup menimbulkan rasa ambigu. You got what you want from him. Yang menarik adalah beberapa pendukung yang mampu dimanfaatkan dengan baik untuk menggerakkan misteri, seperti Julianne Moore dengan tampilan dingin dan ekspresi meragukan, Nate Parker yang sejak awal tidak berhasil menghilang dari daftar, hingga Michelle Dockery yang dibalik rasa ragunya pada Bill justru membuat kita meragukannya. Lupita Nyong'o? No, jangan berharap banyak, film ini diproduksi hampir bersamaan dengan 12 Years a Slave.

0 Response to "REVIEW FILM NON STOP "

Posting Komentar